" Kekuatan udara dapat mematahkan perlawanan
dengan menghancurkan sebuah negara di "pusat-
pusat terpenting" karena pesawat bisa melewati dan
menyerang pusat-pusat pemerintahan, militer dan
industri dengan bebas.”
( Jenderal Giulio
Douhet, Ahli Strategi Perang Udara, Italia)
Carl Von Clausewitz, seorang ahli militer Prusia mengenalkan teori Centre Of Gravity (COG), yaitu pusat dari semua
kekuatan dan gerakan yang segalanya tergantung padanya. Pusat Kekuatan
timbul dari karakteristik yang dominan dari pihak yang berperang. Serangan pada Pusat Kekuatan (centre of gravity) dengan kekuatan yang cukup dapat menyebabkan sasaran kehilangan keseimbangannya dan jatuh. Namun perlu diketahui bahwa Pusat Kekuatan bukanlah sumber kekuatan atau kelemahan melainkan suatu faktor keseimbangan. Istilah ini lebih banyak dikenal di kalangan militer daripada di kalangan sipil, seperti yang dituangkan dalam bukunya yang terkenal ON WAR, yang hingga saat ini masih banyak dianut oleh berbagai kesatuan militer di dunia. Walaupun banyak penganutnya, di kalangan militer sendiri khususnya ketiga angkatan, dalam penerapan konsep ini tidak sama, tergantung dari bagaimana menafsirkannya kemudian mengimplementasikannya di lapangan. Ketiga angkatan cenderung menafsirkan berbeda sesuai dengan tugas,medan dan musuh yang dihadapinya. Sebagai contoh; Angkatan Udara akan menggunakan pendekatan “penghancuran sasaran” yang tidak lain merupakan titik-titik strategis dan operasional yang kritis melalui suatu serangan dengan menggunakan senjata penghancur seperti bom, rudal dan sebagainya. Oleh karena itu Angkatan Udara melihat banyak (lebih dari satu) Centre of Gravity (COG) musuh. Operasi udara yang dilaksanakan dalam misi ini dikenal dengan Operasi Serangan udara strategis (OSUS).
timbul dari karakteristik yang dominan dari pihak yang berperang. Serangan pada Pusat Kekuatan (centre of gravity) dengan kekuatan yang cukup dapat menyebabkan sasaran kehilangan keseimbangannya dan jatuh. Namun perlu diketahui bahwa Pusat Kekuatan bukanlah sumber kekuatan atau kelemahan melainkan suatu faktor keseimbangan. Istilah ini lebih banyak dikenal di kalangan militer daripada di kalangan sipil, seperti yang dituangkan dalam bukunya yang terkenal ON WAR, yang hingga saat ini masih banyak dianut oleh berbagai kesatuan militer di dunia. Walaupun banyak penganutnya, di kalangan militer sendiri khususnya ketiga angkatan, dalam penerapan konsep ini tidak sama, tergantung dari bagaimana menafsirkannya kemudian mengimplementasikannya di lapangan. Ketiga angkatan cenderung menafsirkan berbeda sesuai dengan tugas,medan dan musuh yang dihadapinya. Sebagai contoh; Angkatan Udara akan menggunakan pendekatan “penghancuran sasaran” yang tidak lain merupakan titik-titik strategis dan operasional yang kritis melalui suatu serangan dengan menggunakan senjata penghancur seperti bom, rudal dan sebagainya. Oleh karena itu Angkatan Udara melihat banyak (lebih dari satu) Centre of Gravity (COG) musuh. Operasi udara yang dilaksanakan dalam misi ini dikenal dengan Operasi Serangan udara strategis (OSUS).
Definisi dari OSUS sendiri adalah operasi udara yang dilaksanakan untuk menghancurkan ataupun menetralisir kekuatan musuh yang bernilai strategis (centre of gravity) guna membatalkan niat pihak musuh untuk berperang dan melemahkan kemampuan musuh dalam melanjutkan peperangan. Kekuatan musuh yang dimaksud ini dapat berada di dalam maupun di luar dari mandala operasi. Bentuk kegiatan dalam Osus terdiri dari :
a. Pengamatan Udara. Merupakan pengamatan
yang dilaksanakan oleh airborne
radar/ground radar
yang mempunyai kemampuan pernika dengan tujuan untuk
mendapatkan
data data sasaran udara lawan sedini mungkin.
b. Pengintaian Udara. Merupakan pengintaian
yang dilaksanakan dengan wahana
udara yang mempunyai kemampuan pernika, berawak maupun tidak berawak,
berkemampuan menerobos pertahanan musuh dengan tujuan untuk mendapat-
kan data-data kemampuan musuh secara lengkap dan tepat.
berkemampuan menerobos pertahanan musuh dengan tujuan untuk mendapat-
kan data-data kemampuan musuh secara lengkap dan tepat.
c. Penyerangan Udara. Merupakan kegiatan
utama/pokok yang dilakukan untuk
menghancurkan sasaran-sasaran yang
bernilai strategis.
d. Perlindungan Udara. Merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk melindungi
kawan dari unsur penyerang musuh di
daerah operasi maupun dalam perjalanan.
Sasaran dari Osus ini adalah untuk mendapatkan data strategis musuh dan membatalkan niat musuh untuk melanjutkan perang. Untuk itu diperlukan alutsista dan personel yang memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Mampu menyerang sasaran-sasaran strategis musuh
di dalam maupun di luar
negara.
b. Mampu menerobos sistem pertahanan udara musuh dan melindungi kekuatan
sendiri.
c. Mampu mengumpulkan dan menganalisis
data/informasi intelijen yang berkait-
an dengan Operasi Serangan Udara Strategis.
an dengan Operasi Serangan Udara Strategis.
a. Pengamatan dan pengintaian. Bertugas untuk mengumpulkan data tentang
kekuatan, posisi, dan komposisi musuh yang bernilai strategis. Kegiatan
yang dilaksanakan meliputi :
1. Melaksanakan pengamatan keadaan medan dan cuaca yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan operasi.
2. Melaksanakan deteksi, pengumpulan dan identifikasi sasaran untuk mendapatkan disposisi dan komposisi kekuatan musuh.
3. Interpretasi dan penganalisaan sasaran yang diterjemahkan dalam bentuk keterangan inteljen.
Alat/sarana yang dilibatkan dalam pengamatan dan pengintaian adalah :
1. Wahana udara berawak/tak berawak yang memiliki kemampuan
penginderaan jarak jauh.
penginderaan jarak jauh.
2. Alutsista yang memiliki kemampuan pengendalian udara dan berke-
mampuan pernika.
mampuan pernika.
b. Penyerang Udara. Bertugas menghancurkan sumber-sumber kekuatan strategis musuh atau centers of gravity musuh. Kegiatan yang dilaksanakan adalah menghancurkan sasaran musuh yang bernilai strategis diantaranya :
dapat menentukan kelanjutan perang.
2. Pusat komando dan pengendalian
3. Basis kekuatan militer
4. Pusat ekonomi dan industri yang dapat
menunjang kemampuan perang.
Wahana udara/alutsista yang dilibatkan dalam OSUS adalah :
1. Pesawat yang mempunyai kemampuan untuk menghancurkan/menetralisir kekuatan
musuh "surface attack".
2. Pesawat yang mempunyai kemampuan untuk menghancurkan kekuatan udara mu-
suh di udara "sweeper".
suh di udara "sweeper".
3. Pesawat yang mampu menghancurkan/menetralisir kekuatan pertahanan udara
musuh "supression of enemy air defence"
musuh "supression of enemy air defence"
c. Perlindungan udara. Bertugas untuk
melindungi pesawat kawan sampai ke sasaran dan kembali dengan aman. Kegiatan yang dilaksanakan adalah memberikan
perlindungan kepa- da pesawat kawan selama dalam perjalanan menuju
dan kembali dari daerah penyerangan. adapun alutsista yang dilibatkan dalam perlindungan diantaranya :
memberikan perlindungan terhadap ancaman udara musuh (escort/sweeper)
2. Pesawat yang mempunyai kemampuan untuk
memberi perlindungan terhadap serangan dari
permukaan (suppression).
Operasi Serangan Udara Strategis di Dunia. Beberapa fakta sejarah terjadinya Osus di dunia bertujuan untuk menghancurkan kekuatan lawan, sehingga lawan membatalkan niat untuk melanjutkan pertempuran. Serangan udara yang
terkenal sampai saat ini antara lain
sebagai berikut:
a. Pemboman Hirosima dan Nagasaki 1945. Serangan bom atom di Hiroshima
dan Nagasaki adalah serangan nuklir selama Perang Dunia II terhadap kekaisaran
Jepang oleh Amerika Serikat atas perintah Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman
Setelah enam bulan pengeboman 67 kota di Jepang lainnya, senjata nuklir “Little Boy"
dijatuhkan di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945, diikuti dengan pada tanggal 9
Agustus 1945, dijatuhkan bom nuklir “Fat Man" di atas Nagasaki. Kedua tanggal tersebut
adalah satu-satunya serangan nuklir yang pernah terjadi. Bom atom ini membunuh
sebanyak 140.000 orang di Hiroshima dan 80.000 di Nagasaki pada akhir tahun 1945.
Sejak itu, ribuan telah tewas akibat luka atau sakit yang berhubungan dengan radiasi
yang dikeluarkan oleh bom. Pada kedua kota, mayoritas yang tewas adalah penduduk.
Enam hari setelah dijatuhkannyabom atom di Nagasaki, pada 15 Agustus, Jepang
mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, menandatangani
instrumen menyerah pada tanggal 2 September 1945, yang secara resmi mengakhiri
Perang Pasifik dan Perang Dunia II. (Jerman sudah menandatangani menyerah pada
tanggal 7 Mei 1945, mengakhiri teater Eropa.)
Pengeboman ini membuat Jepang sesudah perang mengadopsi Three Non-Nuclear
Principles, melarang negara itu memiliki senjata nuklir.
b. Perang Teluk (1991). Pada bulan Januari 1991, peranan kekuatan udara dalam
perang modern secara spektakuler didemonstrasikan dalam perang di Teluk Persia
yang kemudian populer dengan nama perang teluk. Penyerangan yang langsung
dilaksanakan jauh ke garis belakang Irak dengan misi menghancurkan sasaran-sasaran
penting seperti pusat komando dan pengendalian (Kodal) Saddam Hussein termasuk
didalamnya Kodal sistem pertahanan udara nasional Irak, fasilitas komunikasi, depo-depo
perbekalan logistik serta kedudukan markas pasukan elit Irak. Keberhasilan pesawat-
pesawat tempur pasukan koalisi tersebut tidak terlepas dari pengaplikasian air power
dalam operasi serangan udara strategis[1]
c. Serangan
udara NATO terhadap Bosnia (1992). Konflik bersenjata yang berlangsung
di Bosnia
dan Herzegovina dimulai pada bulan April 1992. Keterlibatan pasukan NATO
pada bulan September 1995 dalam perang tersebut diawali dengan adanya
pembantaian
besar-besaran oleh pasukan Serbia yang dikenal dengan pembantaian Markale, pem-
bantaian Tuzla dan pembantaian
Srebrenica. Operasi serangan udara
strategis
dengan mengoptimalkan seluruh kemampuan air power yang dilancarkan pasukan
NATO terhadap infrastruktur Serbia Bosnia memaksa Milosevic (Presiden Serbia),
Tudman( Presiden Kroasia ) dan Izetbegovic (Presiden Bosnia Herzegovina)
menandatangani perjanjian perdamaian pada tanggal 21 November 1995 yang dikenal
dengan Perjanjian Perdamaian Dayton kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan
perjanjian perdamaian berikutnya pada tanggal 14 Desember 1995 di Paris[2].
dengan mengoptimalkan seluruh kemampuan air power yang dilancarkan pasukan
NATO terhadap infrastruktur Serbia Bosnia memaksa Milosevic (Presiden Serbia),
Tudman( Presiden Kroasia ) dan Izetbegovic (Presiden Bosnia Herzegovina)
menandatangani perjanjian perdamaian pada tanggal 21 November 1995 yang dikenal
dengan Perjanjian Perdamaian Dayton kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan
perjanjian perdamaian berikutnya pada tanggal 14 Desember 1995 di Paris[2].
Demikian wawasan dan pengetahuan mengenai operasi serangan udara strategis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar