Kamis, 27 Februari 2014

PENDIDIKAN USIA DINI


“ Ternyata anak usia 6 tahun mempelajari dan menguasai lebih banyak daripada orang dewasa yang bersekolah sampai gelar Doktor”.

( Collin Rose, Praktisi pendidikan bidang accerleted learning)




 
Pendapat ini didasarkan pada penelitian cara kerja otak manusia yang merespon sistem pembelajaran.   Berdasarkan hasil penelitian Neuro Science atau ilmu yang meneliti tentang cara kerja otak manusia, ditemukan bahwa otak manusia mirip sebuah prosecor komputer yang pada awalnya atau pada saat bayi baru dilahirkan masih kosong dan belum terisi program kerja.   Saat itu sebagian besar sistem kerja otak masih diatur oleh otak kecil yang masih sangat primitif,   dimana masih terbatas untuk mengatur fungsi-fungsi dasar kehidupanm seperti pernafasan, detak jantung, suhu tubuh dan sejenisnya.    Sehingga dapat dikatakan pada fase ini otak manusia belum berkembang secara maksimal.

Tuhan telah menginstal dalam otak manusia sebuah "program" yang  biasa dikenal dengan "the instinct of learning", yaitu naluri belajar alami yang biasanya ditunjukan melalui rasa ingin tahu yang luar biasa terhadap berbagai hal.  Oleh karena itu anak-anak usia  balita cenderung memiliki rasa ingin tahu yang besar dan memiliki upaya yang cukup kuat untuk mengetahui segala hal yang baru baginya, terutama terhadap benda-benda disekitarnya atau benda yang dipegang oleh orang tuanya.    Pada masa ini, perangkat "the instinct of learning" ini biasanya masih bekerja secara penuh atau in full capacity.

 Melalui rasa ingin tahu yang luar biasa inilah otak anak akan diisi oleh hal-hal baru yang diibaratkan sebagai "program-program kehidupan".   Fase balita adalah fase yang paling kritis ketika otak harus diisi program-program pembelajaran.    Tuhan telah melengkapi di dalam otak anak-anak sebuah energi yang cukup besar untuk memaksa dan memberikan semangat pantang menyerah untuk mendapatkan apa yang diinginkannya agar otaknya terisi.   Orang tua harus memahami dan lebih memberi kesempatan kepada anaknya untuk terus memelihara "the instinct of learning"  dengan baik, agar kelak si anak dapat mengembangkan sendiri kemampuan otaknya yang dahsyat ini hingga dewasa.  

Namun sayangnya menurut hasl penelitian, the instinct of learning"  anak cenderung menurun sejalan dengan perkembangan usianya.   Hal ini dipengaruhi oleh kecenderungan pola asuh orang tua yang masih mengacu kepada kepentingan orang tua dan bukan kepentingan anak, misalnya :

  • Guru atau orang tua terlalu banyak melarang anak untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
  • Sikap merendahkan dengan kata-kata "Begitu saja kok tidak bisa"
  • Sistem sekolah yang terlalu dibatasi oleh kurikulum
  • Keterbatasan waktu orang tua dan sekolah untuk memenuhi rasa keingintahuan anak. 
  • Kecenderungan orang tua untuk membebani target belajar kepada anak. 
 Hal tersebut jelas akan menurunkan semangat anak untuk belajar.  Anak tidak perlu dibebani target-target yang harus dicapainya dalam belajar.   Hendaknya orang tua dapat membentuk pola belajar dengan waktu ideal dan yang tidak membebani anak.   Dengan demikian anak tidak akan terbebani dan niscaya dapat mengembangkan kemampuan otaknya secara mandiri.   Marilah orang tua, kita mengasuh anak untuk kepentingan mereka dan bukan untuk kepentingan kita.   Mudah-mudahan hal ini dapat membuka hati orang tua dan dapat menjadi cahaya kehidupan bagi anak-anak kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar