Rabu, 26 Februari 2014

MENANGIS SEBAGAI BAHASA KOMUNIKASI ISTRI

 


"Pernahkah anda menjumpai istri anda tiba-tiba menangis, tanpa sebab yang bisa anda pahami ?"

Ini merupakan pertanyaan yang sering ditanyakan oleh konsultan rumah tangga kepada para suami di berbagai kesempatan.   Dan berdasarkan pengalaman jawaban para suami selalu sama "Sangat sering".   Yang menjadi pertanyaan disini adalah mengapa perempuan secara umum lebih sering menangis dibandingkan kaum lelaki ? Apa maksud tangis mereka?


Salah satu cara menjaga keharmonisan rumah tangga adalah komunikasi yang baik antara suami dan istri.   Banyak sekali cara untuk berkomunikasi, bisa melalui diskusi, mengobrol, bercerita dan berdialog tentang berbagai urusan rumah tangga hingga urusan dunia.   Keduanya bisa saling mengungkapkan perasaan dan keinginan masing-masing dengan lancar dan tanpa kekakuan suasana.

 Namun hubungan suami istri ini sering mengalami pasang surut, kondisinya bisa sangat cepat berubah.   Dimana ada masa-masa hubungan diantara mereka menjadi jauh dan berjarak.   Mereka tidak nyaman berdiskusi, tidak bisa enak bercerita dan tidak bisa lancar berkata-kata.    Suasana di dalam rumah terasa sangat kaku bahkan menyiksa.   Ada suasana asing dan aneh yang menyelimuti rumah tangga, sehingga mereka berdua memilih saling mendiamkan dan tidak bertegur sapa.

Kadang ada keinginan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Jika istri banyak memedam keinginan dan perasaan yang tidak bisa diungkap dengan kata-kata, maka mengalirlah air mata.  Sesuai kodratnya wanita lebih mudah dan lebih banyak menangis dibandingkan laki-laki.   Bahkan ada yang bilang bahwa wanita menangis rata-rata 47 kali dalam setahun, dibandingkan laki-laki yang rata-rata 7 x setahun.    Tingginya hormon prolaktin dalam tubuh perempuan diduga menjadi salah satu penyebabnya.

Ketika Istri menangis, sesungguhnya ia sedang mengekspresikan perasaan dan mencurahkan keinginan yang terpendam, yang tidak mampu ia ungkapkan lewat kata-kata.  Bisa jadi itu merupakan ungkapan perasaan sangat bahagia, perasaan sangat terluka, kagum bahkan mungkin perasaan benci.   Air mata lebih bisa mewakili perasaan yang ingin diungkapkan dibandingkan dengan kata-kata. 

Bagi para suami, seyogjanya pandai memahami bahasa komunikasi yang satu ini.   Saat istri menangis, pahamilah bahwa ia tengah berkomunikasi dengan bahasa air mata, sehingga tidaklah bijak jika suami justru memarahi atau memaksa untuk diam istri yang menangis.  Para suami harus bersedia mendengar dan menampung tangis istrinya sebagai bagian dari media berkomunikasi.  Ada banyak pesan yang mungkin akan disampaikan istri lewat tangisannnya, semisal 



"Aku sungguh sangat mencintaimu"

"Aku tidak ingin kehilanganmu"

"Aku sangat bangga menjadi istrimu"

"Suamiku, betapa bahagia hatiku berdekatan denganmu"

Atau bisa jadi, ada pesan seperti ini :

"Engkau benar-benar tidak memahami perasaanku"

"Engkau salah mengerti tentang diriku"

"Engkau tidak pernah  mempedulikanku"

"Engkau tidak tahu betapa sangat sakit hatiku"

Mungkin juga istri sedang mengirim pesan seperti ini :

"Aku kecewa sekali dengan sikapmu"

Engkau lelaki yang sangat kasar dan tidak berperasaan"

"Aku sangat benci perbuatanmu"

"Malu sekali aku menjadi istrimu"

Ketika selesai menangis ada perasaan lega,seperti telah melenyapkan beban segunung yang menghimpit tubuhnya.   Perasaan lebih nyaman dan suasana emosinya menjadi lebih stabil.    Apalagi ketika suami mendekat dan memeluknya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.   Istri akan merasa perasaannya lebih didukung dan merasa memiliki arti serta dihargai.   Lebih merasa dimengerti dan dicinta serta merasa benar-benar disayang.

Namun apabila suami bertindak keras dan kasar, istri justru akan memperpanjang tangisannya, sehingga bisa dipastikan suami telah gagal menankap pesan nonverbal yang disampaikan oleh istri. Jadi sungguh merupakan suatu tindakan bodoh dan sia-sia memaksa menghentikan tangisan istri dengan cara yang kasar dan keras.

Butuh kelapangan dada para suami untuk mendengarkan tangis istri.   Pahamilah bahwa air mata merupakan salah satu bahasa komunikasi.   Maka saat istri menangis, pertanda ia tengah mengajak berkomunikasi  dan tugas suami untuk merespon komunikasi tersebut dengan bahasa yang tepat.   Kadangkala suami merasa jengkel karena telah sangat lelah dan jenuh menghadapi permasalahan di luar rumah. Ia sudah sangat penat menghadapi persoalan di tempatnya bekerja dan ingin ada suasana yang nyaman dan rileks di rumah. Namun ternyata di rumah menjumpai istrinya yang berlaku asing  dan sangat sensitif disertai ledakan tangis.

Menyingkapi hal ini para suami harus bersikap dingin dan tidak emosional.   Suami harus menyadari bahwa istri dan anak-anak mempunyai hak untuk mendapatkan dirinya dalam suasana yang segar dan fresh sebagaimana kondisi selama berada di kantor.   Istri selalu menjumpai suami dalam suasana kusut saat di rumah, padahal istri juga sedang mengalami banyak masalah.   Hal inilah yang memunculkan suasana sentimentil dan meledaklah tangis istri.   Kondisi ini harus disikapi dengan tenang dan proporsional, dingin hati dan sejuk pikiran. Hadapilah dengan sepenuh jiwa dan sadari bahwa itu merupakan realitas hidup.

Kita hidup di alam nyata, maka berbagai peristiwa kehidupan harus disikapi dengan bijaksana.   Hadap tangis istri dengan bahasa perasaan, tampunglah tangisannya, kendati anda juga sedang dalam kondisi jenuh dan lelah menghadapi persoalan di dunia kerja.   Dengan cara demikian anda berdua telah menjalin komunikasi lewat hati.   Suami tidak perlu risau dengan tangis istri dan istri tidak perlu kecewa karena tangisannya tidak ditanggapi.   Semakin lama usia pernikahan, anda harus semakin pandai memahami setiap simbol dan bahasa yang digunakan pasangan dalam menyampaikan pesan.   Menangis adalah salah satu simbol dan juga bahasa yang sering digunakan para istri untuk berkomunikasi.   Para suami jangan lagi berburuk sangka di dalam menghadapinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar