Penyerbuan atas Pearl Harbor oleh Jepang
adalah salah satu sejarah yang masih selalu menarik untuk
dibicarakan. Sebuah tragedi yang tidak akan pernah dilupakan oleh orang
Amerika yang tercoreng wajahnya di Asia oleh Negara sekecil Jepang sekaligus mengawali
Perang Pasifik Raya, Keberhasilan Negara Jepang melakukan serangan terhadap
Pearl Harbour merupakan wujud dari perencanaan dan analisa yang tepat dari para pemikir dan
perencana perang bangsa Jepang.
Persiapan yang jauh-jauh hari dilaksanakan dan perhitungan yang matang
dengan taktik penyerangan yang diuji, merupakan bagian yang sangat penting
dalam menyiapkan serangan. Pada
tahap pelaksanaan penyerangan, Jepang melaksanakan secara mendadak dan tidak
disangka oleh pihak Amerika Serikat.
Penyerangan yang dilakukan dua tahap ini menyebabkan kehancuran yang
sangat besar bagi lawan dengan menggunakan kekuatan udara yang menghancurkan
kapal-kapal, pesawat-pesawat dan fasilitas-fasilitas pendukungnya.
Dari pengalaman tersebut dapat diambil suatu pelajaran berharga khususnya
dalam strategi penggunaan kekuatan udara yang banyak menerapkan doktrin dan
azas-azas perang udara.
Analisis Serangan Pearl Harbour.
Pada hakekatnya dalam menganalisis suatu perang udara
tidaklah berdiri sendiri melainkan memerlukan pendekatan teori-teori yang
berhubungan dengan perang udara.
Teori-teori yang dapat diaplikasikan adalah teori-teori yang relevan
dengan kondisi yang ada saat itu, guna mendapatkan hasil analisis yang tajam
dan komprehensif.
a.
Teori Labenstrum yang mengatakan bahwa bangsa yang maju
mempunyai keinginan untuk melaksanakan ekspansi. Berdasarkan teori ini maka sumber
daya alam yang terbatas, kecepatan pertambahan jumlah penduduk yang tidak
seimbang dengan luas teritorial menjadikan Jepang berambisi untuk melaksanakan
ekspansi dalam memenuhi kebutuhan sumber daya alam itu. Menjelang Perang Dunia II, hampir sebagian
besar negeri-negeri di Asia berada dalam jajahan Barat, dengan demikian Jepang
harus mengambil kesempatan untuk menghancurkan kaum penjajah di Asia. Amerika Serikat sendiri mempunyai kepentingan politik dan ekonomi serta
mempertahankan status quo di Asia
Timur, sehingga menentang setiap usaha Jepang untuk memperluas
pengaruhnya di Asia, dengan cara mendirikan Pangkalan Militer di Pearl Harbour, meningkatkan
bantuan militer dan keuangan kepada Cina serta menghentikan pengapalan minyak
dan bahan-bahan mentah lainnya ke Jepang.
Kehadiran
Pangkalan Militer Amerika di Pearl Harbour, Kep. Hawaii merupakan penghalang
bagi rencana Jepang untuk melaksanakan invasi di wilayah Asia Tenggara. Kondisi ini membuat Menteri Perang Jepang,
Jenderal Hideki Tojo memilih berhadapan dengan Amerika Serikat, yaitu dengan
cara menghancurkan Pearl Harbour agar Amerika Serikat tidak ikut campur dalam
rencana invasi Jepang. Perbandingan
kelebihan dan kekurangan masing-masing pihak pada serangan tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Kelebihan Jepang. Adapun kelebihan dari Jepang yang mendukung
sehingga terlaksananya serangan di Pearl Harbor, adalah :
- a) Budaya. Masyarakat Jepang mempunyai sifat dan budaya pantang menyerah dan bekerja keras yang telah berakar dan membudaya sejak masih anak-anak. Budaya ini sangat dipegang teguh dan ditanamkan secara terus menerus hingga sekarang. Salah satu Budaya yang sangat terkenal adalah “Harakiri”, dimana bila seseorang atau personil yang mendapat tugas secara resmi dan tidak dapat menyelesaikan dengan baik, maka yang bersangkutan akan melakukan bunuh diri atau menghilangkan sebagian tubuhnya karena malu dan untuk menebus atau membayar kegagalannya.
- b) Hirarki. Kaisar merupakan tokoh pemersatu bagi Jepang,
sehingga apa yang sudah diputuskan oleh Kaisar akan dijalankan dengan sepenuh
hati tanpa ada penolakan,
sehingga dalam mengatur dan mengelola masyarakat dan negara Jepang, tidak
banyak terjadi persoalan-persoalan yang signifikan yang berdampak pada
kestabilan dalam negara. Demikian
pula pada kurun waktu sebelum penyerangan Pearl
Harbor, sebenarnya ada friksi di tubuh Angkatan Bersenjata Jepang, tetapi
ketika Kaisar turun tangan, maka
semua perselisihan
tersebut dapat terselesaikan.c) Strategi. Jepang memanfaatkan beberapa kelemahan
AS, yaitu persepsi Amerika
Serikat terhadap bahwa
Jepang tidak
mungkin menyerang lewat udara karena jarak yang jauh, tetapi pada
kenyataannya Jepang menggunakan kapal induk yang berlayar mendekati
sasaran dan
memberangkatkan pesawat-pesawatnya untuk menyerang Pearl Harbor. Jepang memilih waktu hari Minggu pagi dan waktu yang tepat di saat tentara-tentara Amerika
Serikat masih terlelap
d) Perencanaan. Penyerangan rencanakan dan disusun sangat cermat dengan didasari oleh data-data dan informasi yang aktual. Perencanaan diikuti oleh personel yang benar-benar disiapkan dengan latihan-latihan yang intensif dan menggunakan konsep-konsep serangan taktis yang pada pelaksanaan latihannya memakai lokasi mirip Pearl Harbor sebagai simulasi sasaran, yaitu di Japan Naval Staff College.
e) Personel. Laksamana Isoroku Yamamoto, Laksamana Madya Chuichi Nagumo, Letnan Kolonel Fuchida dan Letnan Kolonel Minoru Genda adalah personel pilihan yang brillian dalam penyiapan penyerangan dan memimpin ratusan awak pesawat, kapal perang dan kapal selam yang adalah prajurit-prajurit yang berjiwa patriotis dan pemberani.
f) Intelijen. Banyak data-data dan informasi intelijen yang akurat dari mata-mata Jepang tentang situasi dan kondisi Pangkalan Amerika itu, sehingga dapat memberikan informasi waktu yang tepat untuk dilaksanakan penyerangan.
g) Komlek dan Pernika. Dengan sistem komunikasi yang telah disempurnakan oleh militer Jepang melalui radio komunikasi, dari pesawat yang dikemudikan oleh Fuchida meneriakkan “Tora, Tora, Tora” tidak saja terdengar oleh seluruh awak pesawat dan kapal perang Angkatan Laut Jepang yang sedang melakukan serangan, tetapi juga terdengar oleh Yamamoto yang berada diatas kapal perang komando Nagato diperairan Jepang yang berjarak sekitar 5000 miles dari sasaran. Gema ini yang berarti “serang”, telah menambah semangat tempur bagi seluruh awak pesawat terbang yang sedang bermanuver untuk menghancurkan sasaran-sasaran di Pearl harbor.
h) Kodal. Teknologi peralatan komunikasi sangat minim kemampuannya, namun tetap saja merupakan alat vital bagi pelaksanaan kodal. Terlebih lagi bila dikaitkan dengan luasnya wilayah operasi seperti halnya wilayah dari Jepang sampai dengan Hawaii. Namun pada kenyataannya pelaksanaan kodal dalam serangan Pearl Harbor sangat memegang peran penting, dimulai dari saat perencanaan, persiapan dan latihan-latihannya, pelaksanaan serangan dengan kekuatan udara secara masal dalam wilayah yang jauh dan sangat luas serta pelaksanaan kodal disaat pengakhiran tugas. Ditingkat pengendalian langsung oleh kelompok penyerang baik pada gelombang pertama maupun gelombang kedua, tanpa koordinasi yang baik akan sangat berbahaya. Hal tersebut dapat dipahami kerawanannya, karena pada suatu wilayah udara yang sempit dan rendah, ratusan pesawat bermanuver dan hal ini dapat mengakibatkan saling bertabrakan pesawat atau dapat tertembaknya pesawat kawan sendiri.
- 2) Kelebihan Amerika Serikat. Adapun kelebihan dari Amerika Serikat pada saat itu adalah :
- a) Strategi. Untuk menangkal serangan Jepang yang
bersifat pendadakan, maka
dilaksanakan Hanud aktif secara terbatas, yaitu dengan
menerbangkan pesawat tempur yang lolos dari serangan. Tentara Amerika juga melaksanakan Hanud
pasif dengan menggunakan senjata penangkis serangan udara serta menanggulangi
dampak serangan udara.b) Personel. Banyak tentara Amerika Serikat yang dengan gagah berani
melakukan perlawanan, baik dengan menggunakan pesawat terbang maupun senjata penangkis
serangan udara untuk melakukan pertahanan udara terhadap pesawat-pesawat
Jepang.
3) Kekurangan Jepang. Adapun kekurangan Jepang pada saat penyerangan saat itu, adalah :
a) Strategi. Jepang melaksanakan penyerangan dengan 2 kali serangan, yaitu
serangan pertama pada pukul 07:50-08:10 dan serangan yang kedua pada pukul
09:05-09:45. Penyerangan yang dilakukan
pada gelombang kedua mengandung resiko, karena sudah tidak mengandung
pendadakan lagi sehingga lawan telah mempersiapkan diri dan hal ini
mengakibatkan kerugian bagi Jepang, karena beberapa pesawatnya berhasil
ditembak oleh pihak Amerika Serikat dengan menggunakan pesawat dan penangkis
serangan udara.
b) Kodal. Komando Pengendalian belum optimal,
karena beberapa sasaran strategis yang tidak hancur, seperti tangki-tangki
minyak, tempat perbaikan kapal dan ada kapal perang yang masih bisa
beroperasi.
4) Kekurangan
Amerika Serikat.
Adapun kekurangan Amerika Serikat pada serangan di Pearl Harbor, adalah
:
- a) Perencanaan. Perencanaan pemusatan kekuatan
armada di Pearl Harbor adalah keliru karena jalur keluar masuk kapal di area tersebut sangat sempit, perairan laut dangkal serta jauh
dari pangkalan armada yang lainnya sehingga sulit untuk mendapatkan bantuan. Disamping itu, ada perintah untuk pesawat
tempur ditempatkan terpusat di landasan dengan alasan untuk menghindari sabotase dan hal ini
memudahkan bagi pilot-pilot Jepang untuk menghancurkannya.b) Personel. Personel yang bertugas pada saat itu
kurang disiplin serta memiliki motivasi yang rendah dengan kebiasaan minum minuman keras dan mabuk-mabukkan, sehingga
menyebabkan menurunnya tingkat kewaspadaan.
c) Intelijen. Sebenarnya beberapa bulan sebelum serangan terjadi, pihak Amerika Serikat telah mendapat banyak masukan informasi intelijen, perihal rencana Jepang akan menyerang Amerika Serikat. Informasi itu berasal bukan dari intelijen Amerika Serikat, padahal saat itu Amerika Serikat telah memiliki FBI dan OSS (cikal bakal CIA) yang disegani kinerjanya. Informasi intelijen tersebut antara lain diberikan oleh seorang warga Serbia yang bernama Popov diakhir tahun 1941 dan seorang diplomat Peru yang bertugas di Tokyo bernama Dr. Richardo Schreiber pada tanggal 27 Januari 1941. Keduanya dari tempat dan waktu yang berbeda telah memberi informasi langsung kepada petinggi Amerika Serikat bahwa Jepang sedang merencanakan serangan kepada Amerika Serikat diwilayah Pasifik namun hal tersebut tidak ditanggapi oleh pihak Amerika Serikat karena menurut mereka bahwa serangan tersebut mustahil dan tidak akan dapat dilaksanakan mengingat jarak yang jauh dan keterbatasan kemampuan alutsista pada saat itu.
d) Komlek dan Pernika. Sarana komunikasi kodal yang terbatas sehingga menghambat arus informasi dari satuan pelaksana dilapangan kepada pimpinan mengakibatkan keterlambatan dalam pengambilan keputusan. Hal tersebut dapat dilihat bahwa site Radar belum dilengkapi sarana komunikasi, sedangkan sarana komunikasi terdekat berjarak 1 km dari tempat tersebut.
e) Kodal. Kodal belum dilaksanakan dengan baik, karena informasi yang diterima tidak segera ditindaklanjuti sehingga pesawat-pesawat Jepang yang sudah ditangkap oleh Radar tidak segera diproses untuk identifikasi melainkan dianggap sebagai informasi rutin penerbangan.
b.
Teori
Central Of Gravity (COG). Diperkenalkan pertama kali oleh ahli teori
militer Prusia Carl Von Clausewitz yg
dipengaruhi oleh ahli fisika Jerman Paul Erman
yang selanjutnya diadopsi ilmu tersebut untuk dikembangkan kedalam teori
militer sebagai pusat kekuasaan. Pusat
Kekuatan menurut konsepnya adalah pusat
dari semua kekuatan dan gerakan yang segalanya tergantung padanya dan Pusat
Kekuatan timbul dari karakteristik yang dominan dari pihak yang berperang. Serangan pada Pusat Kekuatan (centre of gravity) dengan kekuatan yang
cukup dapat menyebabkan sasaran kehilangan keseimbangannya dan jatuh. Namun perlu diketahui bahwa Pusat Kekuatan
bukanlah sumber kekuatan atau kelemahan melainkan suatu faktor
keseimbangan. Adapun COG Jepang dalam
serangan Pearl Harbor ini adalah :
1)
Kapal-kapal Induk Amerika. COG ini didapatkan setelah menghadapkan
sasaran yang ingin dicapai militer Jepang dengan konsep perang tradisional
Amerika. Dengan kemungkinan terjadinya
perang di dua tempat yaitu di Eropa dan Asia, Amerika Serikat memunculkan suatu
konsep kekuatan tempur yang gesit.
Kapal induk menjadi inti kekuatan, dilindungi dari dekat oleh
kapal-kapal penempur, kapal penjelajah dan kapal penghancur. Suatu barisan penjaga garis depan yang
terdiri dari kapal-kapal selam agresif yang bertugas mengurangi kekuatan
kapal-kapal permukaan musuh. Jadi
dengan konsep ini, Amerika akan mempunyai semacam pangkalan bergerak, yang
mampu melindungi kepentingannya di berbagai wilayah. Bila hal ini dihadapkan dengan tujuan utama
militer Jepang untuk menguasai wilayah Asia Timur, tentunya konsep Amerika ini
akan menjadi penghalang yang besar bagi kelancaran operasi Jepang. Sehingga mau tidak mau Kapal induk menjadi
COG serangan Jepang di Pearl Harbor.
Hal ini pun sejalan dengan salah satu sasaran utama dari teori Clausewitz tersebut yaitu “Untuk menaklukan kekuatan bersenjata
musuh, selalu mengarahkan operasi utama pada main body musuh atau paling tidak pada pada bagian yang menentukan”
2)
Pesawat-pesawat Terbang. William Billy Mitchell menyatakan bahwa
“Masa penguasaan kekuatan darat dan laut dalam menentukan nasib suatu bangsa
telah berlalu. Kekuatan utama pertahanan
dan kemampuan untuk berinisiatif terhadap musuh telah beralih ke kekuatan
udara) dan Penerbangan akan terus
menjadi bagian prinsip dari pertahanan nasional”. Operasi perang yang dilakukan oleh Jepang ke
Pearl Harbor merupakan salah satu bentuk operasi gabungan yang cukup mengandung
resiko untuk diserang balik, terutama dengan menggunakan pesawat terbang. Kapal-kapal Jepang sebagai unsur pendukung
utama serangan udara Jepang akan sangat mudah diserang, mengingat daerah
operasi di samudra pasifik sangat terbuka.
Pesawat-pesawat tempur AS yang mengudara dalam jumlah berapa pun selain
dapat membahayakan kapal-kapal Jepang, dapat pula menjadi ancaman yang serius
pada pesawat-pesawat Jepang. Sehingga
untuk mengantisipasinya Laksamana Yamamoto menempatkan pesawat udara Amerika
Serikat sebagai salah satu sasaran utama yang harus dihancurkan.
3)
Fasilitas Perbaikan Kapal. Laksamana Yamamoto sendiri pada dasarnya
tidak ingin berperang melawan Amerika, karena
dia tidak yakin akan kemampuan negaranya untuk memenangkan perang
laut. Dia pun menentang beberapa
kebijaksanaan pemerintah seperti pembuatan kapal tempur Yamato dan Musashi,
masuknya Jepang dalam Pakta Tripatrit dan penghasut perang (AD Jepang). Menurut analisanya Jepang hanya mampu
bertahan enam bulan sampai satu tahun berperang. Untuk itu ketika pemerintah Jepang
memutuskan untuk berperang, Yamamoto berusaha untuk membuat Jepang unggul
dengan jalan menyusun rencana penyerangan Pearl Harbor. Disamping untuk menghancurkan kapal induk
AS, serangan ini juga untuk menghancurkan fasilitas perbaikan kapal, sehingga
kemampuan pemeliharaan dan perbaikan kapal AS menjadi lumpuh yang pada akhirnya
mengurangi daya deterant AL AS di
samudra pasifik.
3..
SWOT.
SWOT adalah singkatan dari Strength, Weakness, Opportunity dan Threat,
yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan
Ancaman. Metoda analisa SWOT bisa
dianggap sebagai metoda analisa yang paling dasar, yang berguna untuk melihat
suatu topik atau permasalahan dari 4 sisi yg berbeda. Jika digunakan dengan benar, analisa SWOT
akan membantu melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama
ini. Sun Tzu melalui karyanya
yang melegenda, yakni 13 bab strategi perang, menegaskan bahwa perang adalah
masalah yang sangat fundamental untuk berdirinya sebuah negara. Perang
menyangkut hidup atau matinya rakyat. Perang menunjukkan keperkasaan atau
kerapuhan pemimpin negara, dan juga menentukan kejayaan atau keruntuhan sebuah
negara. Jadi, sebelum mengambil keputusan untuk berperang, kekuatan negara,
faktor militer, dan situasi medan pertempuran harus dipelajari dengan sangat
hati-hati, seksama, akurat, dan menyeluruh.
Dalam analisa SWOT serbuan Jepang ini akan dibahas dalam lima aspek
dasar yaitu aspek moral, cuaca (waktu dan peluang), medan pertempuran,
kepemimpinan dan hukum.
1)
Strength.
Kekuatan yang mendukung pelaksanaan operasi ini adalah sebagai berikut :
a)
Aspek Moral.
Dari aspek moral rakyat Jepang sangat menghormati dan patuh kepada
kaisar Jepang, bahkan memandangnya sebagai putra dewa matahari. Hal ini membuat rakyat Jepang rela berperang
mengorbankan jiwa demi kepentingan Jepang.
Hal ini juga didasari semangat Bushido yang merupakan semangat bertempur
mempertahankan harga diri warisan dari nenek moyang. Restorasi Meiji telah membuat rakyat dan
Negara Jepang berkembang menjadi Negara yang maju dan modern, dimana seluruh
rakyat sadar bahwa kemajuan ini membutuhkan sumber daya alam yang cukup besar,
yang selama ini tidak dimiliki oleh Jepang.
b)
Aspek Waktu. Serangan Jepang direncanakan dengan
strategi pendadakan, dimana waktu serangan akan dilaksanakan pada hari minggu
pagi saat kebanyakan tentara Amerika masih terlelap karena gaya hidup
mabuk-mabukan di akhir minggu.
c)
Aspek Medan :
-
d)
Aspek kepemimpinan. Di Jepang kedudukan kaisar merupakan
pimpinan tertinggi yang dihormati dan semua perintahnya harus dijalankan. Selain itu Laksamana Isoroku Yamamoto, Laksamana Madya Chuichi Nagumo, Letnan
Kolonel Fuchida dan
Letnan Kolonel Minoru Genda adalah
personel pilihan yang brillian dalam penyiapan penyerangan dan memimpin ratusan awak pesawat, kapal perang dan kapal selam yang
adalah prajurit-prajurit yang berjiwa patriotis dan
pemberani.
e)
Aspek Organisasi. AL Jepang telah direorganisasi dengan
membentuk Armada udaranya yang terdiri dari divisi kapal induk ke I, ke-2 dan
ke-4. Selain itu perjanjian Tripatrit
membuat posisi Jepang menjadi lebih diperhitungkan. Simulasi latihan yang dilakukan dengan
disiplin di daerah yang didesain mirip Pearl Harbor menambah kepercayaan diri
personel AL untuk melakukan serangan.
Perencanaan strategi pergeseran dan penyerangan telah disusun matang
oleh Yamamoto.
2)
Weakness.
Kelemahan yang menghambat pelaksanaan operasi adalah sebagai berikut :
a)
Aspek Moral.
–
b)
Aspek Waktu. Serangan Jepang dilakukan jika perundingan
antara Jepang dan Amerika Serikat gagal
menemui jalan tengah, dimana deadline keputusan sempat berubah dari
tanggal 22 November dan diundur menjadi 25 November 1941. Ketidakpastian ini dapat mempengaruhi moril
bertempur tentara Jepang.
c)
Aspek Medan : Daerah Pearl Habor yang terletak 3000 mil
dari Jepang dan ditengah-tengah samudra pasifik merupakan faktor yang harus
bisa diatasi Jepang jika akan menyerang kedudukan AS.
d)
Aspek kepemimpinan. -
e)
Aspek Organisasi. Masih terdapat perbedaan prinsip antara AL
dan AD Jepang, walaupun tidak sampai ke taraf perselisihan..
3)
Opportunity. Peluang yang didapat Jepang dalam
melaksanakan operasi ini adalah sebagai berikut :
a)
Aspek Moral
: Rakyat Amerika masih
mengharapkan negaranya tidak terlibat dalam peperangan. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi
cara bertindak AS dalam mengantisipasi pergerakan Jepang.
b)
Aspek Waktu. Pada Waktu yang sama di Eropa telah terjadi
pertempuran antara Negara-negara sekutu melawan Jerman dan Italia. AS sebagai bagian dari Negara sekutu,
walaupun tidak ikut dalam peperangan, tetap menyiagakan sebagian armada
perangnya di wilayah Eropa. Hal ini
merupakan peluang bagi Jepang, karena disamping kekuatan AS tidak utuh,
kemungkinan Negara sekutu membantu AS sangatlah kecil.
c)
Aspek Medan : Daerah Pearl Habor hanya mempunyai jalan
keluar yang berupa terusan sempit yang cukup membahayakan bagi perspektif
keamanan. Selain itu tempatnya terbuka,
sehingga semua kegiatan di pangkalan tersebut dapat dimonitor oleh Jepang,
tanpa perlu mengirim seorang spionase khusus.
Letak Pearl Harbor juga cukup jauh dari pusat pemerintahan AS dan
pangkalan militer AS lainnya.
d)
Aspek kepemimpinan. Laksamana Husband E. Kimmel sebagai
Komandan AL dan Jendral Walter C. Short sebagai Komandan AD AS di Pearl Harbor
tidak mampu menjaga moril bertempur pasukannya, sehingga membuat tingkat
kewaspadaan pangkalan Pearl Harbor menjadi rendah. Beberapa kebijaksanaan pengaturan pertahanan
dan keamanan pangkalan, justru merupakan hal yang mengandung resiko keamanan
cukup besar bagi pertahanan itu sendiri.
e)
Aspek Organisasi. Tanggung jawab Pertahanan pangkalan Amerika
terbagi menjadi dua bagian, yaitu Angkatan Darat bertanggung jawab atas
pertahanan darat dan udara, sedangkan angkatan laut bertanggungjawab atas Navy
Yard. Jadi Angkatan Laut
bertanggungjawab atas pengintaian, tetapi pengendalian stasiun radar,
pertahanan udara dan pantai apabila ada serbuan menjadi tanggungjawab Angkatan
Darat Militer Amerika Serikat lemah dan amat santai. Kekuatan udara AL dan pesawat korps Udara AD
masih terbelakang, dan pemikiran mereka masih tertambat pada peperangan masa
lalu. Senjata, amunisi dan prajurit
tersedia, tapi mentalitas yang berlaku adalah suplai harus disimpan bukan
dipakai. Selain itu AD dan AL bersaing
untuk mengutamakan kepentingannya, sehingga meskipun bekerjasama terdapat
persaingan dan keengganan untuk berbagi informasi, dan cenderung bekerja
sendiri-sendiri.
4)
Threat.
Ancaman bagi penyelenggaraan operasi penyerangan ini adalah :
a)
Aspek Moral
: -
b)
Aspek Waktu. Penyerangan dilakukan pada musim dingin
dimana gelombang di Samudra cukup tinggi, sehingga cukup mempengaruhi proses
pergerakan kapal-kapal perang Jepang dan proses take off landing pesawat di
kapal induk.
c)
Aspek Medan. Letak Pearl Harbor yang di
tengah samudra pasifik, merupakan kendala yang cukup besar untuk melintasinya
tanpa dideteksi oleh pihak lawan..
d)
Aspek kepemimpinan. -
e)
Aspek Organisasi. Suatu operasi yang dilakukan dengan kekuatan
yang cukup besar dan banyak serta merupakan kali pertama dilakukan, mempunyai
handicap yang cukup besar untuk mencapai kesuksesan.
Analisa SWOT adalah membandingkan lima aspek pada
masing-masing kriteria yang berhadapan, Strength dengan Weakness dan
Opportunity dengan Threat. Dari data
diatas terlihat bahwa lima aspek dasar penentu kemenangan perang memberikan
kontribusi yang menguatkan serangan
Jepang ke Pearl Harbor, berbanding tiga aspek yang memberikan kontribusi
melemahkan. Sehingga dari perbandingan
pertama ini, lima aspek dasar memberikan nilai positif 1 (4 - 3) dan perbandingan kedua memberi
nilai positif 2 (5-3)
Dari hasil
analisa terlihat bahwa serangan Jepang ke Pearl Harbor layak dilaksanakan. Jika analisa ini dilanjutkan dengan metoda
SFA (Suitable, Feasible dan Acceptable), didapat hasil sebagai berikut :
1)
Suitable : Serangan
Jepang Suitable karena lima faktor dasar memberikan nilai positif dan hal ini
terbukti dengan hancurnya pangkalan AL Pearl Harbor.
2)
Feasible :
Serangan Jepang feasible,
karena dengan teknologi alutsista dan taktik serta strategi yang sudah
dikembangkan, Jepang berhasil mengatasi hal-hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan operasi
3)
Acceptable : Serangan
Jepang acceptable terlihat dari perbandingan kerugian yang dialami AS dengan
Jepang. Kerugian di pihak Jepang
sangatlah kecil dan masih dalam kewajaran sebagai akibat resiko peperangan. Adapun data kerugian masing-masing pihak
adalah sebagai berikut :
a) Kerugian
yang diderita Amerika Serikat.
Kerugian yang diderita oleh Amerika Serikat selaku yang diserang adalah
sebagai berikut[1]:
(1) Kapal perang Amerika Serikat yang karam
sebanyak 8 kapal yaitu USS Arizona BB39, California BB44, Oklahoma BB37, West
Virginia BB48, Oglala CM4, Sotoyomo YT9, Utah AG16, YFD-2.
(2) Kapal perang Amerika Serikat yang rusak
sebanyak 12 kapal yaitu USS Marryland
BB46, Nevada BB36, Pennsylvania BB38,
Tennessee BB43, Helena CL 50, Honolulu CL48, Raleigh CL7, Cassin DD372, Downes DD375, Helm DD388,
Curtis AV4 dan Vestal AR4.
(3) Pesawat terbang yang hancur sebanyak 164
buah dan yang rusak sebanyak 159 buah, dengan rincian sebagai berikut[2]:
(a) Bellows
Field sebanyak 3 pesawat.
(b) Stasiun Udara Korps Marinir Ewa
sebanyak 33 pesawat.
(c) Stasiun Udara Angkatan Laut Pulau Ford sebanyak 26 pesawat.
(d) Hickam
Field sebanyak 18 pesawat.
(f) Wheeler
Field sebanyak 53 pesawat.
(g) USS Enterprise
sebanyak 10 pesawat.
(4) Korban manusia yang meninggal dunia
sebanyak 2.390 orang dengan rincian yaitu 2.108 personel dari Angkatan
Laut/Marinir, 233 personel dari Angkatan Darat dan 49 personel adalah warga
sipil Amerika Serikat yang berada di Pearl Harbor. Korban luka-luka sebanyak 1.178 orang dengan
rincian 710 personel dari Angkatan Laut, 69 personel dari Marinir, 364 personel
dari Angkatan Darat dan 35 personel adalah warga sipil.
b) Kerugian
yang diderita Jepang. Adapun kerugian yang diderita oleh pihak
Jepang adalah sebagai berikut:
(1) Pesawat sebanyak 9 pesawat
tempur, 15 pesawat pembom tukik, dan 5 pesawat torpedo.
(2) Kapal selam 5 kapal selam mini.
(3) Korban tewas sebanyak 55 orang awak udara dan 9 orang awak kapal selam mini.
Demikian analisa serangan
pearl harbor oleh Jepang, semoga dapat
menjadi pelajaran berharga
khususnya dalam strategi penggunaan kekuatan udara yang banyak menerapkan
doktrin dan azas-azas perang udara.
artikel lain soal ini -->
BalasHapusSerangan Jepang ke Pearl Harbour