Pengisian bahan bakar di udara,
juga disebut air refueling, in-flight refueling, air to air refueling,
atau tanking, adalah proses pengisian bahan bakar dari satu pesawat
(pesawat tanker) ke pesawat lain (penerima) dalam sebuah penerbangan.
Proses ini dapat
meningkatkan kemampuan operasional pesawat yang meliputi jarak operasional yang
lebih panjang dan kemampuan angkut pesawat (terutama untuk pesawat pembom
strategis dan pesawat pendukung logistik) serta meningkatkan durasi maneuver di medan pertempuran (untuk
pesawat fighter) yang pada akhirnya memberikan fleksibilitas bagi suatu
angkatan udara di dalam melaksanakan operasinya. Ide pelaksanaan pengisian
bahan bakar di udara ini berasal dari seorang pilot berkebangsaan Rusia bernama
Alexander P. de Seversky pada tahun 1917.
Dimana ide ini baru bisa direalisasikannya setelah ia pindah
kewarganegaraan AS dan menjadi Insinyur di War Departement of USA. Penemuannya ini kemudian secara resmi
mendapat hak paten di tahun 1921. Pada
mulanya pengisian bahan bakar ini dilakukan dengan menggunakan satu jenis
pesawat yang sama ( teknik ini dikenal dengan metode buddy-buddy ), yaitu pesawat
Airco DH-4B milik USA Air Service (menambah durasi terbang 37 jam). Ide ini kemudian dikembangkan dengan
memodifikasi pesawat sipil/komersial atau pesawat angkut militer menjadi
pesawat tanker.
Metode Pengisian Bahan Bakar di Udara.
Selain
buddy-buddy, metode lain pengisian bahan bakar di udara
adalah sebagai berikut:
1. Sistem “Boom and Receiver”. Biasa juga disebut “Flying Boom”. Sistem ini memakai pipa
yang kaku, memiliki sistem kamera yang dikendalikan oleh dua sayap kecil yang
oleh operator yang berada di pesawat tanker akan diulur dan dimasukkan ke
lubang tangki bahan bakar pada pesawat penerima. Penerbang pada pesawat
penerima harus memposisikan pesawat dan kecepatannya sedemikian rupa sehingga
tepat posisinya dan proses pengisian bahan bakar bisa dilakukan. Untuk keamanan
dan ketepatan dalam pengisian bahan bakar, kamera pada sisi sayap pipa
digunakan untuk memandu operator mengulurkan dan memasukkan pipa bahan bakar ke
pesawat penerima. Selain itu, pesawat tanker dan pipa dilengkapi dengan lampu
yang berfungsi untuk melakukan pengisian bahan bakar pada malam hari.
2. Sistem “Probe and Drogue”. Sistem
ini memakai pipa yang fleksibel. Bentuk drogue-nya mirip sekali dengan shuttlecock
badminton yang tersambung dengan pipa bahan bakar. Fungsi drogue ini
untuk menstabilkan pipa selama di udara dan menyediakan saluran untuk menjadi
jalur masuknya bahan bakar ke dalam pipa. Pipa tersebut terhubung dengan Hose
Drum Unit (HDU), kalau tidak terpakai biasanya pipa akan tergulung di HDU. Cara kerjanya: Pesawat tanker dan
pesawat penerima harus berada pada posisi sejajar horizontal di mana pesawat
tanker berada di depan pesawat penerima. Kedua pesawat itu terbang pada
kecepatan yang sama. Setelah kedua pesawat ini siap, pilot pesawat tanker akan
menjulurkan drogue ke arah pesawat penerima. Setelah terjulur, pilot
pesawat penerima akan mengeluarkan alat yang disebut probe. Yaitu
semacam "mulut" penerima bahan bakar yang ada di pesawat tersebut,
kemudan pilot pesawat penerima mengatur pesawatnya hingga posisi probe
masuk ke dalam lubang drogue. Di sinilah pengisian bahan bakar mulai
dilakukan.
3.
Boom Drogue Adapter Pada awalnya perbedaan sistem
pengisian ini cukup merepotkan negara negara yang menggunakan pesawat tanker.
Masing-masing pesawat tanker hanya menggunakan 1 sistem pengisian. Namun,
pesawat-pesawat tempur dan pesawat lainnya yang “membutuhkan” pesawat tanker
menggunakan sistem yang berbeda-beda. Contoh saja negara kita, sistem pengisian
bahan bakar pada pesawat Hawk 109/209 menggunakan sistem probe and drogue.
Sedangkan untuk F-16, menggunakan sistem flying boom. Selain
keterbatasan dana untuk membeli pesawat tanker dengan dua sistem berbeda juga
operator dalam pengisian bahan bakar terbatas (pada flying boom). Dewasa
ini, pabrik pembuatan pesawat tanker sudah mulai memadukan dua sistem ini
menjadi satu supaya dapat menyesuaikan sistem yang digunakan pesawat penerima.
Namun, pada prakteknya hal ini belum banyak digunakan karena membutuhkan
rentang sayap pesawat tanker yang cukup lebar sedangkan pesawat penerimanya
memiliki rentang sayap yang sempit; hose/selang di sayap bisa diulur
lebih jauh dan boom di-extend lebih panjang agar separasi vertical
dan horisontal cukup aman. Tidak hanya pesawat tanker yang sudah bisa
menggunakan 2 sistem pada 1 pesawat. Kini, beberapa pesawat tempur sudah mulai
menerapkan 2 sistem ini agar memudahkan pengisian bahan bakar di udara.
Seiring
perkembangan teknologi, tidak hanya antar tanker dengan pesawat penerima yang
bisa melakukan air to air refueling. Sekarang sudah mulai diterapkan
pada pesawat-pesawat tempur untuk dapat “saling melakukan” pengisian bahan
bakar, dengan kata lain pesawat tempur antar pesawat tempur. Sebagai contoh
petempur pabrikan boeing, F/A-18E/F Super Hornet.
Pelaksanaan Air
Refueling Pada pelaksanaan
penerbangan Air Refueling hal–hal yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut :
1.
Persiapan. Dalam
pelaksanaan pengisian bahan bakar di udara, hal-hal yang harus dikoordinasikan
pada tahap persiapan sebagai berikut :
a. Berangkat dari tempat yang sama. Komandan Pengisian Bahan Bakar di Udara atau
Refuelling Air Commander (RAC) dan
Pemandu Pertemuan atau Rendezvous
Controller (RC) melaksanakan koordinasi dengan para penerbang pesawat
penerima meliputi hal-hal yang ada hubungannya dengan pelaksanaan operasi
pengisian bahan bakar di udara.
Koordinasi ini relatif mudah
karena berangkat dari tempat yang sama, sehingga semua data-data yang
diperlukan dapat dikoordinasikan dengan lengkap sebelum penerbangan.
b. Berangkat dari tempat yang berbeda. Komandan Pengisian Bahan Bakar di Udara (RAC)
dan Pemandu Pertemuan (RC) secepatnya harus mendapat informasi dari Kodal
mengenai hal-hal sebagai berikut :
1)
Waktu pemberangkatan pesawat penerima.
2) Arah
perjalanan, ketinggian dan kecepatan jelajah yang digunakan.
3) Jumlah
bahan bakar pada saat tinggal landas.
4) Jumlah
pesawat penerima.
5) Jumlah
bahan bakar yang di bawa pada setiap sortie.
6) Jumlah bahan
bakar yang dibutuhkan
oleh setiap pesawat untuk pengisian
bahan bakar di udara.
7) Tempat
pendaratan dan pangkalan cadangan.
8)
Nama panggilan pesawat (Call Sign).
9) Frekuensi
komunikasi yang digunakan.
10) Daerah pertemuan yang
direncanakan.
2. Titik Pertemuan.
Titik pertemuan pengisian bahan bakar di udara atau Air Refuelling Control Point (ARCP) harus
sudah ditetapkan oleh Rendezvous
Controller (RC) 30
menit sebelum
waktu pelaksanaan operasi
pengisian bahan bakar
di udara atau Air Refuelling
Control Time (ARCT) yang akan segera diteruskan oleh RAC ke Kodal dan
ke pesawat penerima melalui
sarana komunikasi yang telah ditetapkan.
Penetapan daerah titik pertemuan oleh RC harus dalam kondisi terlihat atau Visual Meteorogical Condition (VMC) disertai data-data sebagai
berikut :
a. ARCP dalam koordinat.
b. Arah dan
jarak ARCP terhadap stasiun navigasi yang ada.
c. Tanda-tanda
yang terdapat di permukaan bumi agar dapat dilihat dari pesawat.
d. Ketinggian yang
digunakan.
e. Jalur
dari ARCP yang digunakan oleh pesawat
Tanker.
3. Tipe
Pertemuan (Rendezvous Type). Tipe
pertemuan yang dilaksanakan dapat dibedakan menjadi 3 tipe, adalah sebagai berikut
:
a. Static Air Refueling. Static
Air Refueling adalah
pelaksanaan pengisian bahan
bakar di
udara dengan cara static.
b. Head On Air Refueling. Head On Air Refueling adalah pelaksanaan pengisian
bahan bakar di udara dimana
antara pesawat tanker dan pesawat
penerima arah
kedatangannya
berlawanan atau saling berhadapan
(head on) dengan beda
separasi altitude.
c. On
Course Air Refueling. On Course
Air Refueling adalah
pelaksanaan
pengisian bahan bakar di udara dengan cara ON COURSE, dimana pesawat
tanker membuat pattern pada ketinggian
tertentu dengan Turning ¼ standart rate
turn ke kiri.
ENDAR (End of Airefuelling) atau pengisian
bahan bakar yang
terakhir, ditentukan
dengan koordinat.
4. Taktik. Taktik dalam pengisian bahan bakar di
udara antara ain adalah :
a. Pengisian
Bahan Bakar di Udara pada Level Flight. Pengisian bahan bakar
di udara pada Level Flight dilaksanakan dengan 3 cara yaitu :
1)
Hig Level.
Penerbangan yang dilaksanakan
oleh pesawat Tanker pada
ketinggian di antara 16.000 kaki sampai dengan service ceiling dengan kecepatan
diantara 205 KIAS sampai dengan batas kecepatan maksimum pesawat Tanker.
2) Medium
Level. Penerbangan yang dilaksanakan oleh pesawat Tanker
pada
ketinggian diantara 5.000 kaki sampai dengan 16.000 kaki dengan kecepatan
maksimum.
3) Low Level.
Penerbangan yang dilaksanakan oleh pesawat
Tanker pada
ketinggian
diantara 1.500 kaki sampai dengan 5.000 kaki dengan kecepatan
maksimum 239 KIAS.
b. Pengisian Bahan Bakar di Udara pada Descent Flight. Pengisian Bahan Bakar di Udara di bawah 21.000 kaki memerlukan taktik tersendiri yang dilaksanakan sambil descent atau terbang menurun. Taktik ini disebut TOBOGAN.
Pengisian Bahan Bakar di
Udara oleh TNI AU. Dalam
Doktrin TNI AU Swa Bhuwana Paksa disebutkan bahwa salah satu
tugas TNI Angkatan Udara adalah melaksanakan Operasi Militer Perang dan Operasi
Militer Selain Perang. Salah satu bentuk Operasi Militer Perang adalah Operasi
Dukungan Udara dimana termasuk didalamnya adalah Operasi Pengisian Bahan Bakar
di Udara . Operasi pengisian bahan bakar
di udara dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan daya jangkau pesawat
tempur kawan sehingga akan meningkatkan daya gempur. Operasi pengisian bahan
bakar di udara memiliki peran yang sangat penting di dalam pelaksanaan suatu
operasi udara, sehingga hampir di setiap negara di dunia termasuk Indonesia selalu meningkatkan kemampuan
melaksanakan Operasi Pengisian Bahan Bakar di Udara. TNI AU saat ini memiliki
kekuatan 2 pesawat Tanker jenis KC-130 B dengan nomor registrasi A-1309 dan
A-1310 yang dioperasikan oleh Skadron Udara 32. Pesawat KC - 130 B telah menjadi kekuatan TNI AU
sejak tahun 1961 dan diaktifkan sebagai pesawat Tanker sejak tahun 1983. Sejak
dioperasikan pesawat KC-130 B telah banyak mendukung kegiatan operasi maupun
latihan, namun demikian saat ini terdapat beberapa kendala meliputi keterbatasan jumlah pesawat,
kemampuan pesawat, teknologi dan pendukung lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar